jump to navigation

Senyum July 13, 2015

Posted by semesta in Burung bilang itu Cinta, Sharing w/ Us.
trackback

As you know, ini adalah postingan blog saya pertama setelah married. Dan akhirnya istri saya tahu juga tulisan- tulisan saya di blog ini, dan berfikir, betapa gilanya suaminya di masa lalu. Istri saya pun ternyata sudah tahu blog saya diam- diam, setelah saya mengkhitbah nya, Februari lau.

Postingan tulisan kali ini adalah tulisan seorang teman, eh bukan, tapi beliau adalah sahabat saya, sebagai bentuk kado atas pernikahan kami. Dia memang smart, ngasih kado yang special, antimainstream dari kebanyakan yang lain. Dan tulisan ini tanpa saya memintanya. (Karena saya bukan peminta- minta). Ini murni tulisan dari dalam hati seorang sahabat tentang sahabatnya yang lain.

Tulisan yang diberinya judul “Senyum” (Nama panggilan-ku) . Tulisan yang dia sendiri tidak tahu kapan saya akan membacanya, dan pagi ini (13 July, 2015), saat orang- orang hiruk pikuk mudik menyambut Ied Fitri, saat itulah saya masih tetap masuk sebagai karyawan rendahan dengan kebiasaan membuka email setiap datang di kantor. Pagi ini ada notif email baru yang masuk di Inbox. Kubuka, Inilah tulisannya. Dan selamat membaca…

Senyum

Makna kata senyum di atas bukanlah sesungging senyuman, melainkan nama salah seorang kawan. Meski bukan nama asli pemberian orang tuanya, demikianlah saya dan beberapa kawan akrab memanggilnya. Mungkin karena yang bersangkutan kerap kali menebar senyum. Jadilah ia berjuluk demikian. Entah bagaimana dan dari mana julukan itu berasal bukan jadi hal utama di tulisan saya ini. Topik pentingnya adalah sosok seperti apakah Senyum ini.

Sebenarnya ini adalah tulisan iseng. Nama Senyum tiba-tiba menyeruak di antara nama kawan-kawan lama yang ingin saya tulis yang pernah jadi bagian dari masa lalu. Entah dari mana asal muasal munculnya, tapi harus saya akui, Senyum memang sosok yang unik dan berbeda.

Senyum di mata saya adalah orang yang sok, songong, vulgar, dan frontal. Kok jelek-jelek semua ya? Ya memang demikian yang ada di pikiran saya. Mungkin semua karakter itu muncul dari kegigihan dan idealismenya dalam memperjuangkan setiap keinginan yang ada di benaknya.

Sepanjang saya mengenalnya, ia adalah orang yang masa bodoh dengan omongan orang. Kalau hendak dimirip-miripkan dengan public figure, Jose Mourinho sepertinya mirip juga sama Senyum. Big mouth? Maybe yes but it doesn’t mean that he is blank. Because I know well, how persistent Senyum is on everything he does. He always gives his best and full effort.

Cuma terkadang, dia melupakan prinsip keseimbangan. Life must be balance and to make it, be proportional! Kadangkala ambisi yang berlebihan itu membutakan hal-hal positif lainnya. Bukan begitu?

Hal kecil itulah yang kadang tidak bisa dilihat Senyum dengan lebih detail dan teliti. Yeah, you can count it as an advice from me, hehehe, peace :)

Bagi yang tidak mengenal Senyum dengan baik, pasti akan sependapat dengan saya tentang sifatnya di paragraf tiga tulisan ini. Tapi saat mengenalinya lebih dalam lewat kesehariannya, bertukar pikiran dengannya, percayalah, Senyum adalah sosok yang terbuka. Ia tidak sekaku yang dibayangkan. Ia punya banyak jokes sebagai bahan tertawaan bersama. Ia juga menghargai siapapun. He also has ­strong spirit to be a better person. And yes, he is the type who will keep the boundary of friendship ever.

Sejauh ini, itu saya yang saya ketahui tentang seorang Senyum. Dan semua yang saya tulis di atas, sudah tentu berasal dari pikiran saya. Semuanya hanyalah pendapat pribadi tentang seorang kawan.

For me, you are now is enough Nyum. Hopefully the boundary of our friendship stay still.

April, 13th 2014. I don’t know whether to publish it or not but I am sure, I will let you read it one day. Yet don’t’ know when.

My comment :

.:. For Upik

Thanks udah nulis ini. Hmhmhm… spechless. How the time flies so fast. Rasanya baru kemarin, kita masih bocah ingusan pake baju seragam SMA, yang setiap harinya saya (dengan parfum melati) sibuk membujuk teman- teman untuk menempatkan kampus ITB sebagai prioritas pertama tempat pendidikan kita selanjutnya. Yang sayangnya… mimpi besar itu tidak pernah kita barengi dengan bersungguh- sugguh belajar. You know guys.. dimana deretan bangku belakang masih jadi tempat favorit kita tiap moving class, cekikikan saat guru mengajar, curcol, sibuk memecahkan teka- teki sendiri,  dan hal- hal keren lainnya. Dengan anomali, kita tetap saja meraih nilai- nilai ulangan dengan bagus. Itu mungkin yang membuat kita terlena. Dan kecurigaan kita benar, kita terlalu pintar untuk ukuran siswa- siswa di Magetan. Heuheu #kibasin rambut .

.:. Teruntuk istriku

Saya tidak tahu, tulisan ini bakalan engkau baca atau ndak. Tapi melihat sifatmu yang sangat kepo (sampai tahu semua akun medsos saya sebelum hubungan kita halal), Ada pesan singkat yang ingin saya sampaikan kepadamu, sayang….

Bahwa benar adanya yang ditulis Upik. Saya lupa, pernah mengatakannya kepadamu atau belum. Bahwa, ” Resiko yang akan kamu terima sebagai istriku adalah, saya memiliki banyak musuh, dan saya juga memiliki banyak sahabat yang bahkan rela mati untuk saya ” .

Mungkin kalimat diatas terlalu berlebihan, tapi memang benar. Mungkin tulisan diatas adalah jawaban, mengapa saya tidak bisa sangat akrab dengan beberapa orang. Tapi disisi lain saya bisa sangat humoris atau bahkan bercanda gila dengan beberapa yang lainnya. Mungkin itu adalah jawaban, mengapa dulu ustadz- ustadz mu sangat mengkhawatirkanmu, apakah saya calon suami yang tepat untukmu. Kekhawatiran mereka, seperti yang Upik bilang, karena ustadz- ustadz mu tidak begitu mengenal baik saya, sehingga dimata beliau- beliau, saya adalah orang yang sok (sombong), songong, vulgar dan frontal. Tapi… seperti yang Upik bilang, saya adalah orang yang masa bodoh dengan omongan orang. Right.! I don’t really care what people think or say about me. I was not born on this earth to please anyone.

Terima kasih telah mempercayakan pilihanmu pada ku. Uhuk, bentar, batuk dulu-. Dan maaf ya, saya kalau bercanda kadang sampai parah, itu artinya kita ada chemistry. Dan kamu salah satunya, selamat ya… Cie cie… Heuheu…

Seperti tak ada antara, karena saya tak mengenal tengah- tengah atau bersikap biasa. Begitulah saya bersahabat atau berhubungan. Sebagian orang menganggap saya sangat baik, ramah luar biasa, mendukung saya, asyik diajak bercanda, betah diajak ngobrol lama untuk bertukar pikiran. Dan sisanya akan disisi yang berseberangan, muak melihat saya, beranggapan saya pendiam setengah mati, menilai saya  tidak tahu santun, antipati, bajingan atau apalah. So, whos care ?

Istriku, kamupun tahu, aku adalah orang biasa. Tidak lulusan pondok, Tidak hafal banyak juz, tidak hafal banyak hadits, Tidak banyak tahu nama- nama pondok A, B, C, dimana itu, terasa asing mendengarnya. Padahal jika saja engkau mau, banyak pemuda yang ingin menikahimu, yang memenuhi kriteria diatas. Tapi… takdir berkata lain. Sekali lagi, Terima kasih telah mempercayakan pilihanmu pada ku. Aku akan belajar menjadi sebaik- baik suami untukmu.

Comments»

No comments yet — be the first.

Leave a comment